Mataram NTB - Gempa Lombok yang terjadi pada 2018 lalu menjadi gempa fenomenal yang pernah terjadi di Indonesia. Peristiwa yang terjadi kurang lebih 5 tahun lalu ini meluluhlantakan sebagian rumah penduduk di Nusa tenggara Barat dan terjadi secara terus menerus hingga 2 tahun kemudian.
Akibatnya psikologi masyarakat yang terdampak sangat dirasakan seperti adanya rasa trauma yang mendalam terjadi bukan hanya pasa anak-anak tetapi juga orang dewasa. Oleh karenanya Pemerintah Indonesia saat itu mengirim sebagian besar tenaga psikolog untuk membantu melakukan traoma healing untuk masyarakat NTB.
Gempa tersebut mengakibatkan 276.707 rumah Penduduk di 7 Kabupaten Kota mengalami kerusakan baik dari rusak ringan hingga rusak berat dan rata dengan tanah. Terhitung dalam 2 tahun tersebut NTB di goncang gempa sebanya 1896 kali. Ke 7 Kabupaten Kota di NTB yang terdampak gempa tersebut yakni Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kota Mataram, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa.
Dalam keadaan tersebut Pemerintah Indonesia dengan cepat mengambil langkah dan kebijakan untuk mengatasi segala masalah yang terjadi akibat Gempa tersebut. Dengan kemauan yang kuat disertai dengan rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap masyarakat yang terdampak, Pemerintah propinsi NTB dan segenap jajaran terus melakukan upaya agar masyarakat dapat tertolong pada saat itu.
Dengan modal sinergitas dan kerjasama yang baik antar seluruh lembaga yang ada serta di dorongan tekad dan kemauan yang kuat dalam membantu dan menolong masyarakat, Pemerintah NTB terus bergerak melakukan berbagai komunikasi dan koordinasi yang pasa akhirnya Gubernur NTB saat itu menunjuk Mayjend TNI Ahmad Rizal Ramdani SH., S.Sos., MH., yang saat itu Menjabat Sebagai Danrem 162/WB sebagai Kepala. Satuan Tugas (Kasatgas) Tanggap Bencana yang diperkuat lewat SK yang dikeluarkan Gubernur NTB saat itu.
Atas Koordinasi, Sinergitas dan kerjasama yang kuat di tiga tataran yang dimulai dari tataran ditingkat pusat Seperti Presiden dan Kementrian terkait turun ke tingkat Provinsi seperti Gubernur, Danrem, Polda, BpBD dan Kejaksaan hingga ke tingkat paling bawah di Kabupaten Kota sampai ke tingkat Pelaksana seperti Bupati/Wali kota, Dandim, polres hingga kepaksana paling bawah di tingkat Lurah/Desa yang berjalan sangat baik sehingga pelaksanaan pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) di 7 kabupaten Kota Rampung dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Berangkat dari keberhasilan penangganan Gempa Lombok, Mayjend TNI Ahmad Rizal Ramdani SH., S.Sos., MH., yang saat ini tengah dalam penyelesaian Pendidikan di jenjang Strata 3 di salah satu Universitas di Indonesia ini menjadikan pembangunan RTG sebagai bahan untuk menyusun tesis yang saat ini tengah melakukan penelitian.
Baca juga:
Enam Lapak Di Mataram Dilalap Si Jago Merah
|
Penelitian yang dilakukan selama kurang lebih satu minggu ini mengumpulkan data-data dari seluruh lokasi di 7 Kabupaten, Kota di NTB terhadap keadaan RTG yang telah dibangun saat Gempa Lombok tersebut, termasuk testimoni dari masyarakat yang merasakan bagaimana kondisi RTG yang sudah berdiri kurang lebih 4 tahun ini.
“Keberadaan saya di NTB saat ini dalam rangka penelitian terkait penyusunan tesis yang sedang saya susun saat ini dalam rangka study S3. Dan selama kurang lebih satu minggu ini kami sudah mengunjungi titik - titik RTG di 7 Kabupaten kota yang waktu itu kami bangun mana kala saya menjabat Danrem 162 saat gempa Lombok 2028, ”ucapnya.
Ia menceritakan Judul Tesisnya “Tata kelolah Kolaboratif Pembangunan RTG Pada Tiga Tatanan Kewenangan kebijakan dengan menggunakan Metode Softsystem Metodologi Pada Study Gempa Lombok 2018”.
Menurutnya beberapa alasan kenapa tesis yang diambilnya berhubungan dengan peristiwa Gempa Lombok. Lanjutnya, disamping karena fenomenal dan alasan seperti yang diceritakan diatas, , bahwa keterlibatan dirinya dalam penanganan gempa Lombok hingga pembangunan RTG menjadi alasan bahwa materi ini tentu sangat menarik dan sangat dikuasai.
“Selaku Kasatgas Penanganan Bencana saat itu, saya tentu terlibat semuanya baik dari penanganan gempa pertama hingga gempa susulan sampai ke proses bagaimana RTG bisa selesai dikerjakan seluruhnya dalam waktu yang terhitung singkat, ”ucapnya.
Kesimpulan sementara kami bahwa kuatnya dorongan sinergitas, kolaborasi dan kerjasama yang terjadi pada tiga tatanan diatas (Pemerintah Pusat, Provinsi hingga kabupaten kota selaku pelaksana) menjadi salah satu pendorong bahwa penanganan peristiwa bencana alam Lombok hingga berdirinya RTG berjalan dengan baik dan dalam waktu yang singkat.
Menurutnya dari hasil penelitian yang baru dilaksanakan seluruh RTG yang dibangun saat Gempa hingga saat ini masih berdiri kokoh, bahkan ada sebagian masyarakat yang telah melakukan inovasi sehingga bentuk dan tampak RTG tersebut semakin Asri dan bagus.
“Kesimpulan kami ratusan ribu RTG yang dibangun dalam waktu yang relatip cepat tersebut sukses terbangun yang ternyata ternyata masih kokoh hingga saat ini. Kami menyimpulkan keberhasilan ini tak terlepas dari Sinergitas, koordinasi dan kerjasama tiga tatanan yang dijelaskan diatas, ”tutupnya. (Adb)