Mataram NTB - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) NTB, akhirnya menggelar Rapat Kerja (Rakerda) I, Kamis (29/12/2022). Rapat yang berlangsung di Gedung Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB ini, diselenggarakan secara perdana, pasca didirikan pada tahun 2021 lalu.
Rakerda ini dibuka secara resmi oleh Gubernur NTB, dalam hal ini diwakili Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan. Turut hadir dalam rapat tersebut, sejumlah OPD lingkup Pemerintah Provinsi NTB, Ketua DPP ASKI, Ketua DPD ASKI NTB, serta seluruh pegiat kopi se NTB. Turut pula dihadirkan empat narasumber, dua diantaranya dari unsur dinas lingkup Pemprov NTB dan dua lainnya dari ASKI.
Dalam rapat ini, dihadirkan pula sejumlah mesin pengolahan kopi (roasting), sehingga para peserta bersama tamu undangan dapat menikmati langsung olahan kopi lokal. Rakerda ini pun mengangkat tema, Konsolidasi Organisasi dan Kolaborasi, Mendorong Industrialisasi Kopi.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Penyelenggara sekaligus sekretaris DPD ASKI NTB, HM Uzaini Areka, menyampaikan bahwa Rakerda ini merupakan momentum silaturahmi dan pertemuan akbar bersama seluruh pegiat kopi NTB.
"Ini sesuai jargon ASKI NTB yaitu, Kopi Mempersatukan dan Mensejahterakan, " ujarnya.
Selain itu, kata Areka, dalam rapat ini pihaknya akan membahas soal program kerja tahunan, dimana ke depan, masing-masing bidang dalam organisasi ini, diwajibkan minimal membuat satu program kerja sebagai program unggulan. Karenanya, dia berharap, pihak pemerintah provinsi dapat senantiasa menfasilitasi, agar program kerja ASKI di NTB dapat berjalan dengan maksimal.
"Semoga dapat difasilitasi agar aski bisa melaksanakan program kerjanya, " ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPD ASKI NTB, H. Suryadi Jaya Purnama (SJP) menyampaikan apresiasi atas semangat para anggotanya. Menurutnya, rakerda ini memberikan warna tersendiri, terhadap setiap aktivitas organisasi kopi tersebut.
"Ini bagian dari interaksi baik secara pribadi maupun organisasi, " ungkap SJP.
Lebih jauh, SJP menilai, bahwa rakerda ini dapat dijadikan momentum untuk memupuk optimisme para pihak yang tergabung dalam wadah ASKI di NTB. Hal ini bukan tanpa alasan. Keberadaan organisasi ini selaras dengan tradisi masyarakat di Pulau Lombok yang di mana memiliki fungsi sosial.
"Ketika ada kopi, berbagai perbedaan status akan hilang dan kita akan duduk bersatu. Jadi kopi ini memiliki fungsi untuk meneguhkan prinsip-prinsip sosia. Bahkan di Lombok, kopi menjadi simbol keramahan dan interaksi sosial, " katanya.
Tidak hanya itu. Kata SJP, kopi juga memiliki fungsi ekonomi. Terlebih lagi NTB, memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang terhampar di Kawasan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa dan Gunung Rinjani di Pulau Lombok. Kedua gunung ini, kondisi tanahnya sangat subur dan menjadi lokasi yang tepat untuk budidaya kopi.
Terlebih lagi, Jika disinergikan dengan fasilitad yang sudah terbangun, seperti Bandara Internasional TGH. H. Zainul Madjid (BIZAM) serta pelabuhan berkelas nasional, tentu dapat membantu pemaran kopi di NTB, di luar daerah. Di sisi lain, NTB saat ini tengah menjamur kedai-kedai kopi, angkringan, caffe, serta beberapa usaha lain.
"Tentu ini dapar membuka peluang di sektor pariwisata. Apalagi para tamu sekarang sekarang mencari kopi asli Lombok untuk dinikmati. Ini akan lebih menguatkan optimisme kita ke depan, " imbuhnya.
Karenanya, SJP mengajak seluruh peserta rakerda untuk fokus dalam menyusun program kerja ke depan, sehingga tidak hanya sebatas tahapan dari hulu ke hilir. Akan tetapi juga dapat memperoleh nilai tambah bagi masyarakat.
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Handini Eka Dini menambahkan, bahwa minum kopi, sudah menjadi trend dan gaya hidup masyarakat berbagai kalangan. Berkaca dari hal tersebut, ke depan DPD ASKI NTB memiliki tugas. Diantaranya, sebut dia, soal kualitas produk kopi.
Kemudian terkait Brand Image, khususnya terhadap kopi yabg berasal dari Sumbawa dan Lombok. Dirinya menyadari untuk membenahi hal tersebut membutuhkan waktu. Namun, jika Brand Image Produk Kopi NTB telah memenuhi standar, maka kopi asal NTB memilki kualitas dan daya saing dipasaran.
"Kalau sudah memenuhi standarisasi, maka kualitas produk kopi NTB akan sejajar dengan produk Kopi Gayo dari Aceh, " imbuhnya.
Di sisi lain, ia juga menyoroti tentang stok kopi di NTB yang sampai saat ini masih terbatas. Ini menjadi kendala bagi para pengusaha kopi. "Semoga rakerda dapat lancar dan menghasilkan keputusan2 yang dapat diimplementasikan ke masyarakat, " harapnya.(Adb)